Aku dan Saudara Kembarku

Aku dan Rina adalah kembar identik.Dari wajah kami hampir bisa dibilang tidak ada perbedaan. Sejak kecil kami didaftarkan ke sekolah yang berbeda. Jadi  banyak teman kami yang tidak mengetahui bahwa kami kembar. Walaupun terkadang ada teman yang ke rumah pasti yang bisa mereka temui di rumah adalah salah satu dari kami. Hal ini terjadi karena kami mempunyai jadwal les yang berbeda-beda,

Antara aku dan Rina mempunyai banyak perbedaan, baik itu dalam selera musik , makanan , bahkan sampai ke selera cowokpun kami juga berbeda. Rina yang lebih feminim dariku, lebih banyak di sukai oleh cowok-cowok. Dan dia menyukai main biola dan olah raga balet. Sedangkan aku anaknya tomboy , hobby main gitar dan karate. Pokokenya kepribadian kami sangat berbeda bagaikan langit dan bumi . Di sekolah , Rina menonjol dalam pelajaran bahasa inggris sedangkan aku suka pelajaran matematika. Terkadang kami bertukar posisi ketika ujian tiba.  Meskipun kami berbeda , namun ketika malam tiba kami selalu sharing tentang kegiatan kami tiap harinya. Bahkan saking asyiknya kami saling bercerita...lupa kalau hari sudah pagi. 

Saat kami di kelas 3 SMP, kehidupan rumah tangga ayah dan ibu tidak harmonis. Hal ini terjadi karena ada orang ketiga, 1 tahun setelah itu .Ayah dan ibu memutuskan untuk bercerai. Secara tidak langsung hal ini berefek dengan kami. Kami terpisahkan. Rina di boyong oleh ibu ke Yogyakarta sedangkan aku di boyong ayah ke Malaysia. Ayah menjadi kepala cabang di sana. Mau tak mau kami sebagai anak hanya bisa pasrah.

Pada awal perpisahan kami masih ada komunikasi. Rina selalu mengirimkan surat dan email tentang keadaannya. Namun lama-kelamaan kami kehilangan kontak.3 Tahun sudah sejak hari itu...Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan Rina dan ibu. Saat aku utarakan ke Ayah untuk kembali ke Indonesia, Beliau tidak mengizinkanku sampai aku lulus Sarjana. Di Malaysia ayah menikah lagi dengan orang asli sana dan aku mempunyai 1 orang adik tiri. Meskipun masih satu ayah kami tidak dekat satu dengan lainnya. Begitu juga dengan ibu tiriku...aku juga tidak dekat. Ayah yang dulu waktu kecil aku banggakan , sekarang bahkan tidak aku kenali.

Sekarang aku adalah mahasiswi tingkat 3 di Universitas Malaysia Sarawak. Aku aktif dalam kegiatan kampus, hal ini kulakukan untuk melupakan sejenak rasa kangenku terhadap ibu dan Rina.Terkadang Rina selalu datang dalam mimpiku. Di dalam mimpi itu Rina selalu memberiku semangat untuk menghadapi hidup dan selalu mengajakku untuk melihat bintang di malam hari. Mimpi itu seakan nyata, namun ketika pagi menjelang Rina tidak ada di sebelahku. Terkadang air mataku mengalir tanpa kusadari saat kulihat seorang ibu memeluk anaknya. Di kampus teman-teman mengenalku sebagai anak tomboy yang selalu ceria. Namun sebenarnya aku tidak begitu...dalam keramaian aku merasa sendiri.

Suatu ketika,aku bertemu dengan Andra. Cowok yang pernah naksir dengan Rina. Dia sahabat Rina,saat di SMU dulu Andra dan Rina satu sekolah. Dari dia aku dapatkan kabar bahwa Rina sakit. Alangkah kaget aku saat tahu bahwa Rina sudah 3 tahun di rawat di Rumah Sakit dan sedang koma.3 Tahun yang lalu Rina mengalami kecelakaan yang parah sehingga mengakibatkan Rina koma. Dokter sudah pesimis , bahwa hidupnya tidak akan bertahan sampai selama ini. Namun ibu tetap berjuang agar Rina di rawat dan berharap bahwa suatu hari Rina akan bangun dari komanya.

Setelah mendengarkan cerita Andra, tagisanku langsung meledak. Ternyata tepat di mana hari kecelakaan Rina, hal itu serupa terjadi denganku. aku yang sedang mengendarai motor tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan sehingga menyebabkan ku jatuh dan luka-luka. Namun aku hanya mengalami luka lecet saja. Meskipun kami jauh, namun insting kami sebagai saudara masih ada. Memang benar jika darah itu lebih kental dari air. Bergegasku pulang, untuk menyampaikan hal itu kepada ayah. Namun reaksinya sungguh di luar dugaanku. Ternyata selama ini ayah sudah mengetahui hal itu dan sengaja menyembunyikannya dariku. Beliau takut kalau aku akan cemas dan kembali ke Jakarta.

Akhirnya, marahku meledak. Sungguh kutak tahan lain, meskipun selama ini aku hidup berkecukupan namun aku tidak dapat merasakan kebahagiaan. Malam itu juga aku pesan pesawat ke Jakarta di temani oleh Andra. Selama perjalanan , aku melamun dan tiba-tiba aku dikagetkan karena Andra memberitahu bahwa kita sudah tiba di bandara Internasional Soekarno Hatta. Setelah dari Bandara kami langsung menuju ke Rumah Sakit. Di rumah sakit kulihat ibu tidur menunggu di sebelah Rina. Rasa kangenku dengan ibu terlepas sudah, aku peluk ibu erat-erat. Sehingga beliaupun terbangun dari tidurnya. Air matapun mengalir dan wajah ibu yang sudah mulai keriput kuhapus dari air mata. Di samping ibu kulihat Rina terbujur tidur dengan banyak alat yang terpasang di tubuhnya.

Tak terbayangkan olehku bahwa saudara kembarku mengalami hal seberat ini. Andai kutahu, ku akan segera menemaninya,hingga dia tidak akan merasa kesepian sendiri di Rumah sakit ini. Ku genggam tanggan Rina. Hal ini selalu kami lakukan ketika kecil, saat aku atau Rina di marahi oleh ibu maka kami akan saling menghibur dan menenangkan agar tidak menangis. Hal hasil kami bukannya mennagis tapi malah ketawa berbarengan. Ku berharap Rina bisa bangun lagi dari koma.

Setiap malam aku melakukan hal yang sama yakni bercerita ke Rina tentang hari-hari yang telah kujalankan. Meskipun Rina tidak merespon maka aku nyakin bahwa Rina mendengarkannya. Agar kuliahku tidak terbengkalai maka akupun pindah kuliah di Jakarta. Ayah tetap support pendidikan dan biaya rumah sakit Rina. Meskipun begitu ayah ingin aku untuk kembali ke Malaysia. Keinginanku sudah bulat dan akhirnya ayahpun menyerah.

Secara bergantian aku dan ibu menjaga Rina di rumah sakit. Meskipun ibu hidup di rumah yang sederhana tapi aku bahagia. Hari-hari aku habiskan dengan kuliah , kerja part time dan menjaga Rina di rumah sakit. Suatu ketika saat aku sedang menunggui Rina di rumah sakit, aku bermimpi Rina bangkit dan membangunkanku. Rina berkata "Rini bangun lah ayo kita melihat bintang di luar sana". Rina meraih tanganku dan kamipun berlari ke atap rumah sakit. Banyak bintang malam itu, Rinapun menunjuk satu bintang yang terang di atas sana dan kemudian dia berkata " Rini tidakkah kamu bosan selalu menungguiku di rumah sakit, tidakkah kamu berpikir untuk membiarkanku pergi?, andaikan ada bintang jatuh apa harapanmu?". Sesaat aku melirik ke arahnya dan lalu menjawab, "aku tak akan pernah bosan menungguimu wahai saudaraku, dan tak akan kubiarkan kamu pergi.Dan jika ada bintang jatuh maka harapanku  adalah engkau segera bangun dari komamu"... tiba-tiba air mataku mengalir jatuh dan membasahi tangan Rina yang tadinya aku genggam ketika tidur.

Tetesan air mataku , mengerakkan jari Rina. Meskipun hanya beberapa saat. Segera aku usap kedua mataku..."apakah ini mimpi....?". Bergegas ku lari ke ruangan dokter dan memberitahukan perkembangan Rina. Dokterpun berkata " ini bagus, otak Rina sudah mulai merespon ". Dokter yang awalnya pesimis akhirnya berkata "Rina akan sembuh dengan keajaiban dan kasih sayang keluarganya".

Akupun makin semangat dan selalu menceritakan hal-hal yang kualami ke Rina. Dan tak lama kemudian , harapanku dan ibu benar-benar terkabul .Rina bangun dari komanya. Namun aku sedih karena dia tidak dapat mengingatku dan ibu.Ternyata kecelakaan yang dialaminya membuatnya kehilangan memory. Kata dokter ini akibat karena Rina sudah kelamaan koma dan shock akibat kecelakaan tersebut.

Rina memandangku heran. Kenapa wajahmu mirip denganku?siapa kamu?...tatap Rina heran. Dengan senyum ku jawab , aku adalah saudaramu. Lihatlah wajah kita saja sama...Dan Rinapun balik tersenyum. Meskipun Rina sudah siuman tapi dia juga belum bisa jalan. Badannya masih kaku, dan perlu untuk di obati secara Terapi .Saat terapi Rina kesakitan, akupun juga merasakan badanku sakit sesaat .Kadang aku tak tega melihat kesakitan Rina saat terapi. Tapi aku harus tega untuk kesembuhan Rina.

Satu tahun sudah sejak Rina siuman. sedikit demi sedikit memorynya pun mulai kembali dan selangkah demi selangkah di sudah bisa berjalan. Kuliahkupun sudah klar dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Akhirnya kami bisa berlari bersama sambill berpegangan tangan.
"Aku hidup sampai hari ini karena engkau wahai saudariku" ...sebuah kata yang aku temukan di rak buku Rina. Dan di balik kertas aku tuliskan "Engkau dan aku adalah satu karena kita kembar , hubungan darah itu lebih kental dari air bukan...jadi bagiku engkau adalah senyumku ...wahai saudariku"

created By Flameofrhecca











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Soal Data Flow Diagram (DFD)

Sinopsis Canola ( 2016 )

Soal UAS PTSI (Pengantar Teknologi Sistem Informasi ) Gunadarma